Seberapa Penting Acara Resepsi
4:17:00 PM
Satu setengah bulan pasca acara pernikahan :)
Kalau mau nurutin wedding dream sih, saya (dan mungkin sebagian besar calon pengantin) maunya outdoor intimate party dengan sedikit undangan, didekor ala-ala pinterest, atau akad nikah saja di masjid tanpa resepsi. Nggak usah dibahas berpanjang-panjang, siapa sih yang seneng salamin orang segitu banyak di pelaminan kalau mukanya banyak yang nggak kita kenal.
Kalau mau nurutin wedding dream sih, saya (dan mungkin sebagian besar calon pengantin) maunya outdoor intimate party dengan sedikit undangan, didekor ala-ala pinterest, atau akad nikah saja di masjid tanpa resepsi. Nggak usah dibahas berpanjang-panjang, siapa sih yang seneng salamin orang segitu banyak di pelaminan kalau mukanya banyak yang nggak kita kenal.
Saya bisa aja perjuangin itu, Bapak juga tampak meng-encourage saya supaya nikahnya nggak usah dirayain, keluarga calon pengantin pria (mulai sekarang dan beberapa postingan ke depan kita sebut CPP) pun kayaknya nggak keberatan, tapi mama jd terlihat sedih. Apalagi pas saya bilang mau ngikutin maunya bapak, yaitu nggak usah resepsian, mama kayaknya sedih banget. Masa kita tega sih ngelihat ibu yang udah berjuang ngurusin kita sejak janin sampe segede ini sedih? ya kan?
Nikah itu murah, ongkos membahagiakan ibu yang bikin mahal.(Membahagiakan ibu ya, bukan gengsi. saya nggak pernah berpikir tentang resepsi itu gengsi orang tua) Yah, selama uangnya ada, nggak pakai ngutang dan hidup hari esok masih bisa tenang sih sah-sah aja mau dirayakan sesuai kemampuan. Enggak ada yang salah mau dirayakan atau tidak, semua kan tergantung keadaan masing-masing nggak sih?
Ini selentingan paling sering muncul buat orang-orang yang memilih ngadain resepsi:
"Ngapain resepsi mahal hanya demi gengsi, emangnya balik modal?"
Gini, saya pernah ngobrol sama bu bos di kantor, beliau sebenarnya pro nikah tanpa resepsi, tapi beliau bilang , "Tujuan orang tua mengadakan resepsi kan sebenarnya memberikan pengkhidmatan terakhir terhadap putrinya, sebelum diserahkan ke sang suami. Mengundang orang banyak untuk syukuran dan mendoakan."
Begitu pun mama saya, beliau pernah bilang "Balik modal atau enggak, nggak usah diharapin. Niatnya kan syukuran."
Niatnya insyaallah baik :)
"Uang resepsi mending buat DP rumah?"
Iya sih bener.
But hey, uang masih bisa dicari lagi, membahagiakan ibu dengan nurutin permintaannya ngadain resepsi kita insyallah cuma sekali. Apa lagi kalau sebagian besar biaya resepsi ini ditanggung orang tua. Jadi ya sudah, apa sih susahnya selagi kita sehat, masih kuat nyalamin orang banyak, nurutin hajatnya orang tua sekali-kali. Mereka ngadain pun pasti dengan niatan mau nyeneng-nyenengin anaknya kok ;)
Kayaknya nggak perlu ngebandingin atau lihat sisi negatif dan positifnya antara yang nikah pakai resepsi atau enggak. Karena semua balik ke kondisi masing-masing. Toh, keadaan orang beda-beda dan kita enggak usah lah menerka-nerka “dapur” orang lain. Vice versa.
Jangan sedih, kalau kita nggak ngadain resepsi pun, akan ada selalu ada selentingan
"Kok nggak dirayain sih padahal uangnya ada?", "Pelit amat...", "Kecelakaan ya? jadi diem-diem" etc.
Terima aja, kita emang nggak akan pernah bisa menyenangkan semua pihak :)
***
Walau mungkin nggak banyak yang pengen tau, tapi saya tetap mau minta maaf belum bisa banyak posting tentang acara pernikahan karena sebagian besar fotonya masih belum jadi, udah gatel pengen nulis sih padahal :))
Walau mungkin nggak banyak yang pengen tau, tapi saya tetap mau minta maaf belum bisa banyak posting tentang acara pernikahan karena sebagian besar fotonya masih belum jadi, udah gatel pengen nulis sih padahal :))
0 comments